PASANG SURUT HUBUNGAN ACEH - JAKARTA PASCA MOU HELSINKI

Ajidar Matsyah, Umar bin Abdul Aziz

Abstract


Aceh merupakan salah satu wilayah konflik terlama di Asia Tenggara. Konflik Aceh-Jakarta memakan waktu 60 (enam puluh) tahun lamanya, sejak Indonesia berproses mendapatkan kemerdekaan penuh dari kolonial Belanda dan berakhir dengan lahirnya perundingan MoU Helsinki tahun 2005 di Aceh. Dalam rentang waktu tersebut, hubungan Aceh-Jakarta telah mengalami pasang surut dengan empat kali perundingan damai dan empat kali pemberian otonomi khusus sebagai solusi penyelesaian konflik Aceh-Jakarta. Tulisan ini mengkaji alasan-alasan yang mendasari terjadinya konflik masa lalu Aceh-Jakarta dan faktor-faktor yang menyebabkan hubungan Aceh-Jakarta pasca MoU Helsinki 2005 mengalami pasang surut. Metode yang digunakan dalam kajian ini ialah deskriftif-kualitatif dengan teknik observasi partisipatif, yaitu observasi dan partisipasi langsung pada objek kajian yang sedang berlaku di Aceh. Hasil kajian ini menunjukkan bahwa pengkhianatan dan ketidakjujuran pemerintah di Jakarta pada setiap perundingan penyelesaian Aceh adalah akar konflik Aceh-Jakarta sepanjang masa, seperti pembatalan Qanun Bendera dan Lambang Aceh, pemaksaan penundaan Pilkada Aceh dari 2022 ke 2024, sehingga hubungan politik Aceh-Jakarta pasca MoU Helsinki belum begitu stabil dan harmonis seperti yang dicita-citakan masyarakat Aceh

Keywords


Aceh-Jakarta; MOU Helsinki; Qanun Bendera

Full Text:

PDF

References


Ibrahimy (2001), Peranan Tgk. M. Daud Beure-eh dalam Pergolakan Aceh. Jakarta: Media Dakwah.

Misri A. Muhchsin, Dr (2007), Potret Aceh Dalam Bingkai Sejarah. Banda Aceh: IAIN Ar-Raniry Press.

Dinas P & K Prov. D.I. Aceh (1985), Sejarah Perjuangan Rakyat Aceh: Dalam Perang Kemerdekaan 1945-1949. Banda Aceh: Dinas P&K.

Muhammad Umar (2002), Darah dan Jiwa Aceh:Mengungkap Falsafah Hidup Masyarakat Aceh. Banda Aceh: Yayasan Busafat.

Saiful Akmal (2010) "Aceh Laboratorium Politik Jakarta" dalam Fajran Zain et al, Geunap Aceh: Perdamaian Bukan Tanda Tangan. Banda Aceh: Aceh Institute Press

Hardi, SH (1993), Daerah Istimewa Aceh-Latar Belakang Politik Dan Masa Depannya. Jakarta: P.T Karya Unipress.

Al-Khaidar (1999), Gerakan Aceh Merdeka: Jihad Rakyat Aceh Mewujudkan Negara Islam. Jakarta: Madani Press.

Ajidar Matsyah (2004), "Kerajaan Islam di Aceh: Kajian Faktor Kemajuan dan Kemorosotan" (Thesis Master Jabatan Sejarah dan Tamadun Islam), Universiti Malaya Kuala Lumpur.

Tgk. Lamkaruna Putra (2001), Perjalanan Panjang Aceh Menuju Islam Kaffah. Jakarta: Titian Ilmu Insani.

Tabloid Eksfres 13 Rabi`ul Akhir, 1421 H/6-7 Juli 2000.

Drs. Anas Machmud (1988), Kedaulatan Aceh Yang Tidak Pernah Diserahkan Kepada Belanda Adalah Bagian Dari Kedaulatan Indonesia. Jakarta: Bulan Bintang.

Hasanuddin Yusuf Adan (2010) "Konflik Aceh Hobi atau Kewajiban?" dalam Fajran Zain et al, Geunap Aceh: Perdamaian Bukan Tanda Tangan. Banda Aceh: Aceh Institute Press.

Buku Indonesia-Aceh (t.t).

Majalah Gatra, Vol. IV, 17 Mac 1999.

Misri A. Mukhsin, MA, Prof. Dr (2007) "Damai Dalam Realitas Historis Aceh" dalam Tim Penulis IAIN Ar-Raniry, Pergulatan Panjang Budaya Damai dalam Masyarakat Multikultural: Kajian Edukasi, Syar`i, Historis, Filosofis dan Media Masa. Banda Aceh: Yayasan Pena dan Ar-Raniry Press.

Nazarrudin Syamsuddin (1990), Pemberontakan Kaum Republik: Kasus Darul Islam Aceh. Jakarta: Pustakan Utama Grafiti.

Wakipedia Bebas, 25 Juli 2010.

Muhammad Nur Hachim (2003), Konflik Aceh: Analisis atas Sebab-Sebab Konflik, Aktor konflik, Kepentingan dan Upaya Penyelesaian, Jakarta: LIPI.

Yappika (2001), Suara dari Aceh. Jakarta: YAPPIKA.

M. C. Ricklefs (2005), Sejarah Indonesia Modern 1200-2004 (terj). Jakarta: P.T. Serambi Ilmu Semesta.

Staffan Bodemar (2004)," Conflict in Aceh, Indonesia: Background, Current Situation and Future Perspektive" (Kertas Kerja Seminar Confrence on the Hostorical Background of Aceh Problem di Asia Reseacrh Institute National University of Singapore, 28-29 Mei 2004).

S. Wiryono (2002), “Konflik Aceh, Jalan Panjang Menuju Perdamaian”dalam Sinar Harapan, 7-10 Mei 2002.

Ahmad Humam Hamid (2006), Jalan Damai Nanggroe Endatu: Catatan Seorang Wakil Rakyat Aceh. Jakarta: Suara Bebas.

Syahrizal Abbas et al (2006), Perwakilan Pemerintah Republik Indonesia untuk AMM. Banda Aceh: AMM.

ICG (2000), Aceh Escalating Tension. Jakarta/Brussel: ICG Indonesian Briefing Paper. 7 Desember 2000.

Harri Kawilaang (2010), Aceh dan Sultan Iskandar Muda ke Helsinki. Banda Aceh: Bandar Publishing.

Syaffudin Tippe (2000), Aceh Di Persimpangan Jalan. Jakarta: Pustaka Cidesindo. Naskah Cassation of Hostilities Framework Agreement between Government of Republic of Indonesia and the Free Aceh Movement, 10 Mei 2002.

Aceh Sumatera National Liberation Front (ASNLF)" Amanat Paduka Yang Mulia Tengku Hasan M. Ditiro Wali Negara Aceh Sumatera" pada acara peringatan milad yang ke 26, Pernyataan Kembali Kemerdekaan Aceh Sumatera 4 Disember 1976-4 Disember 2002. Norsborg: Sweden.

Aceh Center USA 16 Jun 2003, Statement Masyarakat Sipil JepangTentang Gagalnya CoHA dan Operasi Militer di Aceh.

Ajidar Matsyah (2017), Perjanjian Helsinki 2005 di Aceh: Model Penyelesaian Konflik Abad 21, Tinjauan Perspektif Siasah Syari’iyyah. Yogyakarta: Kaukaba.

http/www.kontras.org, 24 Disember 1998.

http://buletinlitbang.dephan.go.id, 23-12-2009

http://www.harian sinar indonesia, 28 Februari 2000

http://www.unisosdem.org, 20 Sept 2010.

http://www.dephan.go.id, 21 September 2010.

http://www.harian sinar indonesia, 28 Februari 2000. Satunet.com, Kamis 28.11.2002. Antara, Selasa 10.12. 2002.Serambi Indonesia, 4 Jun 2010.




DOI: http://dx.doi.org/10.22373/adabiya.v23i2.10539

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Indexed by:

Adabiya Adabiya Adabiya  Adabiya Adabiya

Adabiya Adabiya 

 
Tools:

Adabiya Adabiya Adabiya Adabiya Adabiya

All papers published in Jurnal Adabiya are licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.