Volume 19, Issue 1 (2022)
Konsep Khalifah dalam Al-Qur’an (Kajian Ayat 30 Surat al-Baqarah dan Ayat 26 Surat Shaad)
Affiliation Details
  • Rasyad Rasyad: Fakultas Adab dan Humaniora UIN Ar-Raniry Banda Aceh

Abstract

There are three opinions about the caliph, the first is Adam as., Which is a human symbol who serves as the caliph., Second, the caliph means the next generation or successor generation., Third, the caliph is the head of state or head of government. Adam and David in the Qur'an are called caliphs, the difference is; Adam became the caliph for the whole earth at the beginning of human history by replacing a group of jinn who had done damage and bloodshed. While David was only the caliph in a certain area, and was appointed by God as the successor of the kings, leaders, and prophets of the Children of Israel who had preceded him. Caliphate is a function that human beings carry out based on the mandate they receive from God. The mandate is in essence to manage the earth in the best possible way, to prosper the people of the earth, and to eradicate tyranny.

ABSTRAK

Ada  tiga pendapat tentang khalifah, pertama adalah Adam as.,  yang merupakan simbol manusia yang berfungsi sebagai khalifah., kedua, khalifah berarti generasi penerus atau generasi pengganti., ketiga,  khalifah adalah kepala negara atau kepala pemerintahan. Adam dan Daud dalam al-Qur’an disebut khalifah, perbedaannya adalah; Adam menjadi khalifah untuk seluruh bumi pada awal sejarah kemanusiaan dengan menggantikan  kelompok jin yang telah melakukan kerusakan dan pertumpahan darah. Sedang Daud hanya menjadi khalifah dalam wilayah tertentu saja, dan ditunjuk oleh Tuhan sebagai pengganti dari raja-raja, pemimpin-pemimpin, dan nabi-nabi Bani Israil yang telah mendahuluinya. Khalifah adalah sebuah fungsi yang diemban manusia berdasarkan amanat yang diterimanya dari Allah. Amanat itu pada intinya adalah mengelola bumi dengan sebaik-baiknya, memakmurkan penduduk bumi, serta memberantas kezaliman. 

58

TOTAL VIEWS

216

DOWNLOADS

ALTMETRICS

References

Abdul Qadir Audah, Al-Maal wa Al-Hukm fi Al-Islam, Beirut: Mansyurat al-‘Ashr al-Hadits, 1971.

Ahmad Azhar Basyir, Refleksi atas Persoalan Keislaman Seputar Filsafat, Hukum, Politik, dan Ekonomi, Bandung: Mizan, 1994.

Al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi, juz 1.

Al-Qur’an in Word

Al-Qurthubi, al-Jami’ Li Ahkam al-Qur’an, jilid 1, Cairo Dar al-Kutub al-Mishriyyah, 1950.

Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Mujamma’ al Malik Fahd Li Thibaah al Mushaf Asy-Syarif, 1415 H.

Fakhr al-din al-Razi, Mafatih al-Ghaib, Kairo, al-Mathba’ah al-Husainiyyah, tt, hal 1324.

Haji Abdul Malik Karim Amrullah (Hamka), Tafsir al-Azhar, juz 1, Jakarta: Pustaka Panjimas, 1994.

Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, H. Salim Bahreisy dan H. Said Bahreisy (pent), jilid 1, cet-2, Surabaya, PT, Bina Ilmu, 1993.

M. Dawam Raharjo, Ensiklopedi Al-Qur’an, Jakarta: Paramadina, 1996.

M. Quraish Shihab, Membumikan alQuran, Fungsi dan Peran Wahyu Dalam Kehidupan, cet.VII, Bandung: Mizan, 1994.

Muhammad Ali Al-Shabuni, Shafwah al-Tafasir, juz.1.

Muhammad Nasib al-Rifa’i, Taisir al-‘Aly al-Qadir li Ikhtisar Tafsir Ibnu Katsir, Cet Baru, Riyadh: maktabah Ma’arif, 1410 H.

Peter Salim, Yenny Salim, Kamus Bahasa Indonesia Kontemporer, Edisi Pertama, Jakarta: modern English Press, 1991.

Similar Articles

You may also start an advanced similarity search for this article.