STRATEGI BADAN NARKOTIKA NASIONAL KABUPATEN (BNNK) ACEH SELATAN DALAM PENANGGULANGAN NARKOBA

Ismiati Ismiati

Abstract


Narkoba merupakan isu global yang semakin meresahkan semua pihak, karena  berdampak pada psikososial yang menjadi ancaman serius bagi keselamatan manusia. Oleh karena itu memerlukan strategi pencegahan dan penanganan yang tepat agar tidak kalah cepat dengan pengedar. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tugas dan fungsi Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Aceh Selatan. Mendeskripsikan upaya-upaya dan strategi yang telah dilakukan dan implikasinya serta kendala yang dihadapi dalam pencegahan dan penanggulangan narkoba. Selain itu untuk mengetahui prosedur penetapan rehabilitasi bagi pecandu dan syarat-syarat rehabilitasi. Metode yang digunakan adalah deskriptif kualitatif dengan teknik wawancara dan dokumentasi. Sumber data yang jadi informan adalah kepala bidang pencegahan, penyuluh bidang pencegahan dan kepala bidang rehabilitasi pada Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Aceh Selatan, serta masyarakat setempat yang pernah terlibat dalam program yang dilaksanakan BNNK Aceh Selatan. Hasil penelitian menunjukkan faktor penyebab penyalahgunaan  narkoba umumnya  karena coba-coba dan pengaruh teman. Shabu-shabu umumnya digunakan oleh orang yang sudah bekerja usia remaja dan dewasa. Anak-anak banyak yang menghirup lem cap kambing. Upaya-upaya yang dilakukan untuk mencegah dan menangani yaitu mensosialisikan bahaya narkoba kepada masyarakat, siswa, dan perkantoran, melakukan razia, dan menyediakan klinik rawat jalan dan inap. Strategi yang digunakan mengadakan perlombaan di sekolah-sekolah ketika sosialisasi, membentuk satgas anti narkoba dan membentuk relawan di masyarakat dengan  pelatihan, membagikan poster, banner yang berisikan pesan-pesan untuk menjauhi narkoba di setiap sekolah, puskesmas, kantor, dan rumah sakit. Melakukan tes urin, pemberantasan di jalan dan hotel. Implikasi dari upaya tersebut adalah partisipasi mayarakat meningkat untuk  menjadi relawan anti narkoba, menurunnya angka rawat jalan dan inap. Prosedur penetapan rehabilitasi bagi pecandu adalah keluarga datang sendiri ke klinik BNNK, pihak rehabilitasi melakukan assesement awal yang dilakukan oleh Tim Assesment Terpadu (TAT)  gabungan yang terdiri dari  tim hukum dan tim medis untuk mengetahui tingkat kecanduan dan hasilnya sebagai dasar untuk menetapkan status  pengguna  dan mendapatkan rawat inap atau rawat jalan dan sebagai dasar status hukum pengedar dan korban. Korban yang harus rawat inap, dirujuk ke rehabilitasi yang mempunyai kerja sama dengan BNNK. Korban rawat jalan, dilakukan konseling 8-12 kali, tergantung hasil assesment awal. Jika korban cukup dengan intervensi, maka hanya dilakukan intervensi singkat. Kendala yang dihadapi adalah kurangnya kesadaran masyarakat untuk melapor dan merehabilitasi, masih adanya keterlibatan oknum penegak hukum, kurangnya SDM dikarenakan yang mengikuti pelatihan khusus masih terbatas, meningkatnya ladang ganja di beberapa daerah dan masih ada dari masyarakat yang takut untuk melapor pemilik ladang ganja, serta terbatasnya dana untuk upaya  pencegahan.


Full Text:

PDF


DOI: http://dx.doi.org/10.22373/albayan.v24i2.3806

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Jurnal Al-Bayan: Media Kajian dan Pengembangan Ilmu Dakwah. Published by Center for Research and Community Service (LP2M) and Faculty of Da'wah And Communication, UIN Ar-Raniry Banda Aceh, Aceh, Indonesia.

P-ISSN: 1411-5743

E-ISSN: 2549-1636

Creative Commons License

This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.