REVITALISASI BAHASA GAYO DAN PENUTURNYA
Abstract
Bahasa Gayo terancam punah oleh berbagai faktor dari penuturnya dan faktor luar dari komunitas Gayo. Bahasa Gayo merupakan salah satu identitas dan kekayaan budaya yang potensial memicu pembangunan di Indonesia. Oleh karena itu Bahasa Gayo perlu dipertahankan, diperkuat kembali, dan dilestarikan karena dalam konteks sosial Indonesia, Bahasa Gayo sebagai satu dari ratusan bahasa daerah di Indonesia, merupakan sumber pemerkaya dan pemberdaya bahasa Indonesia, yang merupakan bahasa nasional. Bahasa Gayo juga merupakan sumber hikmah budaya yang dapat mempertahankan dan mengharmoniskan keseimbangan sosial. Upaya revitalisasi Bahasa Gayo tidak dapat disamakan dengan upaya yang lazim dilakukan di berbagai negara tetapi disesuaikan dengan kebijakan pemerintah untuk mempertahankan keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Revitalisasi adalah proses penambahan daya (vitality) bahasa yang terancam musnah, sehingga bahasa itu memenuhi fungsinya untuk komunitas penuturnya. Upaya pemertahanan terkait dengan motivasi dan revitalisasi merupakan penambahan daya bahasa yang mencakupi upaya pelindungan bahasa, pengembangan bahasa, dan pembinaan penutur bahasa. Kenyataan menunjukkan bahwa pada saat ini Bahasa Gayo cenderung atau mulai ditinggalkan penuturnya karena bahasa lain yang lebih luas daya jangkau komunikasinya (language of wider communication) dapat menggantikan Bahasa Gayo dalam berbagai ranah penggunaan bahasa untuk mencapai peluang sosial dan ekonomi yang lebih luas.
Kata Kunci: Revitalisasi, Bahasa Gayo, dan Penuturnya
Full Text:
PDFReferences
Grenoble, L. A dan L. J. Whaley. “Saving Languages: an Introduction to Language Revitalization”. New York: Cambridge University Press, 2006.
Kern, R. “Literacy and Language Teaching”. Oxford: Oxford University Press. 2005.
UNESCO. “Language Vitality and Endangerment. Document submitted to the International Expert Meeting on UNESCO Programme Safeguarding of Endangered Languages”. Paris, 2003.
UNESCO. “Language Vitality and Endangerment. Document submitted to the International Expert Meeting on UNESCO Programme Safeguarding of Endangered Languages”. Paris, 2003.
UNESCO. “Language Vitality and Endangerment. Document submitted to the International Expert Meeting on UNESCO Programme Safeguarding of Endangered Languages”. Paris, 2003.
Dorian, N. C. (ed.). “Investigating Obsolescence: Studies in Language Contraction and Death”. Cambridge: Cambridge University Press, 1989.
UNESCO. “Language Vitality and Endangerment. Document submitted to the International Expert Meeting on UNESCO Programme Safeguarding of Endangered Languages”. Paris, 2003.
Crystal, D. “Language Death”. Cambridge: Cambridge University Press, 2000.
Pusat Bahasa. “Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia”. Pusat Bahasa, Depatemen Pendidikan Nasional, 2008.
Grenoble, L. A dan L. J. Whaley. “Saving Languages: an Introduction to Language Revitalization”. New York: Cambridge University Press, 2006.
Undang-undang Pemerintahan Aceh 11 Tahun 2006 tentang Pemerintah Aceh.
Refbacks
- There are currently no refbacks.