JEJAK KEBUDAYAAN PERSIA DI KAWASAN TINGGALAN SEJARAH SAMUDRA PASAI
DOI:
https://doi.org/10.22373/jms.v15i1.1762Keywords:
Trace, Culture, Historical region, Samudera PasaiAbstract
This review article traces the history of Persian civilization and culture in the archipelago with researching the various inscriptions are found in a variety of headstones and other historical evidence contained in the living history of Samudera Pasai.References
Endnotes:
Taqiyuddin Muhammad, Daulah Shalihiyyah di Sumatera; Ke Arah Penyusunan Kerangka Baru Historiografi
Samudra Pasai, hlm. 41-44 (Forthcoming).
Sebutan Sumatera untuk pulau besar di bagian paling barat Indonesia ini tampaknya memang berawal dari kemashuran kota pemerintahan Dinasti Ash-Shalihiyyah di pesisir utaranya.
Mirip dengan penyebutan Suquthrah (Soqotra), pulau di depan Yaman.
Lihat, misalnya, Ibnu Khurdadzbeih, Al-Masalik wa Al-Mamalik, hlm. 63-67.
Ibnu Baththuthah, Tuhfatun Nazhzhar fi Ghara’ibil Amshar wa ‘Aja’ibil Asfar, Kairo: Mathba’ah Al- Khairiyyah, 1322 H.
Meski nama Jawah sudah tidak popular lagi, namun satu tempat di pedalaman Aceh Utara, yang sekarang termasuk dalam wilayah Kecamatan Geuredong Pase, masih menyimpan nama kuno ini dan disebut dengan Rayek Jawa di mana di sisi utaranya mengalir sebatang sungai yang menumpahkan airnya ke aliran sungai Pasai disebut dengan Krueng Jawa. Survey awal yang kami lakukan pada 2009 mengantarkan kami pada kesimpulan bahwa daerah di sekitar aliran sungai ini merupakan suatu permukiman kuno yang paling tidak telah ada sejak zaman Samudra Pasai. Hal ini dibuktikan oleh adanya lokasi-lokasi situs perkuburan kuno dari zaman Samudra Pasai di sekitar aliran sungai itu, dan di beberapa lokasi situs juga ditemukan fragmen-fragmen tembikar dan keramik yang menandakan adanya aktifitas kehidupan pada zaman tersebut.
Kebudayaan ini pada masa kemudian sekali telah popular dengan sebutan kebudayaan Melayu. Menurut kami, ini terjadi pada saat setelah kesultanan Melaka berpindah ke Batu Sawar, Johor, pasca penyerangan dan pendudukan Portugis di Melaka.
Dalam penulisan Arab-Jawiy (Aceh: Arab-Jawo), Samudra Pasai telah mengadopsi cara-cara Persia dalam penulisan bahasa Persia (Farisiy), antara lain dengan penambahan titik pada huruf-huruf hija’iyyah yang formal untuk menghasilkan bunyi yang baru dan juga penghapusan alif-lam al-ma’rifah pada awal kata seperti Al-Malik Azh-Zhahir menjadi Malikuzh-Zhahir, atau semisal Asy-Syafi’iy menjadi Syafi’iy saja.
Lihat, Ahmad Amin, Dhuha Al-Islam, Kairo: Al-Hai’ah Al-Ammah lil Kitab, 2002, hlm. 180-210.
Hasan Maimanah, Tarikh A-Daulah Al-Buwaihiyyah, Beirut: Ad-Dar Al-Jami’iyyah, 1987, hlm. 18.
Al-Ishtahkhriy, Al-Masalik wa Al-Mamalik, Kairo: Al-Hai’ah Al-‘Ammah li Qushur Ats-Tsaqafah, 2004, hlm. 76-77
Hasan Maimanah, hlm. 314.
Ibid., hlm. 332.
Ibid., hlm. 102
Artur Chistensen, Iran fi ‘Ahdi As-Sasaniyyin (L’Iran Sous Les Sassanides), edisi Arab: Yahya Al-Khasysyab, Beirut: Dar An-Nahdhah Al-‘Arabiyyah, t.t., hlm. 116.
David Whitehouse and Andrew Williamson, “Sassanian Maritime Tradeâ€, dalam Journal of Persian
Studies, Vol. 11 (1973), hlm. 30.
Ahmad Asy-Syamiy, “Al-‘Alaqat At-Tijariyyah baina Duwal Al-Khalij wa Buldan Asy-Syarq Al-Aqsha wa
Atsaru zalika fi Ba’dhil Jawanib Al-Hadhariyyah fi Al-‘Ushur Al-Wustha, dalam Majallah Al-Mu’arrikh Al-
‘Arabiy, edisi 12, 1980, hlm. 91.
Ibid.
Al-Ishtakhriy, hlm. 138 dst.
Asy-Syamiy, hlm. 116.
Anwar ‘Abdul ‘Alim, Al-Mallahah wa ‘Ulumul Bihar ‘indal ‘Arab, Kuwait: ‘Alam Al-Ma’rifah, 1979, hlm.
‘Abdul ‘Aziz Thuraih Syaraf, Al-Mujaz fi Tarikh Al-Kasyf Al-Jughrafiy, Alexandria: Mu’assasah Ats-Tsaqafah
Al-Jami’iyyah, 1993, hlm. 67-68.
Burzuk Syahrayar Ar-Ramhurmudziy, ‘Ajaib Al-Hind Barruhu wa Bahruhu wa Jaza’iruhu, Leide.-E.J. Brill,
-1886.
Taqiyuddin Muhammad, hlm. 97-102.
Ibnu Baththuthah, hlm. 185-6
Faris Afandi Al-Khuriy, Kanz Lughat Qamus Tukiy wa Farisiy wa Tarjamtuhu ‘Arabiy, Beirut: Al-Khuriy,
, hlm. 141.
Ibid., hlm. 145.
Ibid., hlm. 331.
Downloads
Published
Issue
Section
License
MEDIA SYARI'AH: Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial has CC-BY-SA or an equivalent license as the optimal license for the publication, distribution, use, and reuse of scholarly work. Authors who publish with this journal agree to the following terms:
1. Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
2. Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
3. Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
You are free to:
Share — copy and redistribute the material in any medium or format.
Adapt — remix, transform, and build upon the material for any purpose, even commercially.
The licensor cannot revoke these freedoms as long as you follow the license terms.
All papers published in MEDIA SYARI'AH: Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial are licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.