Nazhir dalam Lembaga Wakaf: Kemandirian Wakaf Masyarakat di Kabupaten Bireuen
DOI:
https://doi.org/10.22373/jms.v22i1.6059Keywords:
Wakaf, Nazhir, Badan Hukum, BireuenAbstract
Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kenapa nazhir wakaf tidak optimal fungsinya seperti yang dicita-citakan oleh fikih wakaf dan undang-undang wakaf? Kenapa nazhir wakaf di Bireuen belum optimal mengelola harta wakaf? Dan bagaimana strategi untuk mengoptimalkan peran nazhir wakaf di Bireuen? Riset dipusatkan pada kedudukan nazhir wakaf menurut fikih dan perundang-undangan, dan terfokus pada kedudukan nazhir wakaf dalam praktik wakaf di Bireuen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa, fikih wakaf dan undang-undang wakaf belum dapat memperkuat nazhir dalam praktik wakaf. Dalam fikih wakaf, nazhir bukan rukun wakaf, bahasan nazhir diulas secara implisit ketika membahas persyaratan wakif. Sedangkan dalam undang-undang wakaf, wakaf belum diatur secara formil sebagai badan hukum. Nazhir wakaf yang melibatkan pemerintah belum optimal menjalankan tugasnya karena pemerintah telah mengelola secara penuh tanah wakaf masyarakat untuk pendidikan madrasah dan sekolah. Yayasan Almuslim Peusangan dan Yayasan Darul Ma‘arif tidak optimal mengelola harta wakaf berdasarkan anggaran dasar yayasan. Yayasan dibentuk sebatas memenuhi persyaratan administrasi dalam menjalankan programnya untuk pendidikan.
Abstract: This research aims to find out why waqf nazhir is not functioning optimally as envisioned by the waqf fiqh and waqf law? Why is waqf in Bireuen not optimal in managing waqf property? And what is the strategy to optimize the role of Nazaf Waqf in Bireuen? This research was centered on the position of Nazaf Waqf according to fiqh and legislation, and focused on the position of Nazaf Waqf in the practice of Waqf in Bireuen. The results showed that, the waqf fiqh and waqf laws have not been able to strengthen nazhir in the practice of waqf. In waqf fiqh, Nazir is not a pillar of waqf, Nazir's discussion is implicitly discussed when discussing waqf requirements. Whereas in the waqf law, waqf has not yet been formally regulated as a legal entity. Nazhir waqf involving the government has not been optimal in carrying out its duties because the government has fully managed community waqf land for madrasa and school education. The Almuslim Peusangan Foundation and the Darul Ma‘arif Foundation are not optimally managing waqf assets based on the foundation's charter. The foundation was formed limited to meet administrative requirements in carrying out its programs for education.
References
(Tuman), T. A. A. (2018). Pengasuh Pesantren RiazhusshalihinPulo Reudeup.
Abdullah, H. Y. (2018). Ketua Yayasan Almuslim Peusangan.
Abi ‘Abdullah bin ’Isma‘il bin Ibrahim bin Mughirah ibn Bardazabah al-Bukhara. (1984). Sahih Bukhari. Maktabah al-Qafiyah.
Abi Muhammad ‘Abdullah bin Ahmad bin Qudamah ‘ala Mukhtasar Imam Abi Qasim ‘Umar bin Husin bin ‘Abdullah bin Ahmad al-Kharaqi. (1984). al-Mughni wa Syarah al-Kabir ‘ala Matan al–Muqna‘ fi Fiqhi al-Imam Ahmad bin Hanbal. Dar al-Fikr.
Al Yasa Abubakar. (2012). Metode Istislahiah: Pemanfaatan Ilmu Pengetahuan dalam Usul Fikih. IAIN Ar-Raniry.
Ali, A. B. (2017). Imum Gampong Meunasah Teungku Digadong Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.
Berita Acara Penyerahan Tanah dan Bangunan Yayasan Pendidikan Islam Bireuen kepada Haji Muhammad Ali Ishak atas jabatannya sebagai Kepala Kantor Departeman Agama Kabupaten Aceh Utara. Tanggal surat 01 November 1993. (1993).
Departeman Agama Republik Indonesia, Akta Pengganti Akta Ikrar Wakaf (Bentuk W.3), Salinan Akta Pengganti Ikrar Wakaf Nomor:W.3a/005/04/Tahun 1993, Bireuen: Kepala Kantor Agama Kecamatan Jeumpa Aceh Utara, 08 Januari 1993. Dokumentasi MIN Pulo Kiton. (2017).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2004 dan Peraturan Pemerintahan Nomor 42 Tahun 2006 tentang Pelaksanaannya, (2007) (testimony of Departemen Agama Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam).
Jasser Auda. (2015). Maqasid Shariah as Phylosophy of Islamic Law, terj: Rosidin dan ‘Ali ‘Abd el-Mun’im. Mizan Pustaka.
Mahkamah Agung Republik Indonesia, Salinan Putusan Nomor 46 K/Ag/2018, Bireuen: Mahkamah Syar’iyah Bireuen, (2018).
Mahmud bin Ahmad bin Musa bin Ahmad bin Husain al-Ma‘ruf Bibadriddin al-‘Ayni al-Hanafiy. (2000). al-Banayah Syarah al-Hidayah. Dar al-Kitab al-‘Alamiyah.
Mansur, T. M. Z. (2017). Imum Gampong Pulo Kiton Kecamatan Kota Juang Kabupaten Bireuen.
Michael Dumper M. (1999). Islam and Israel: Muslim religious endowments and the jewish state, terj: Burhan Wirasubrata. Lentera Basritama.
Muhammad Amin al-Syayriban bin ‘Abidin. (1966). Hasyiyah Rad al-Mukhtar ‘ala al-Dar al-Mukhtar: Syarah Tanwir al-Absar fi Fiqhi Mazhab al-Imam Abi Hanifah al-Nu‘man. Dar al-Fikr.
Muhammad Syarbini al-Khatib. (1995). al-Iqna‘ fi Hilli Alfazi Abi Suja‘. Dar Ihya’ al-Kitab al-‘Arabiyah.
Muhammadiyah, P. P. (2017). Surat-Surat Pengakuan Muhammadiyah Sebagai Badan Hukum (Landasan Hukum Persyarikatan Muhammadiyah dan Amal Usahanya).
Munir Fuady. (2013). Teori-Teori Besar (Grand Theory) dalam Hukum. Kencana Prenadamedia Group.
Pengertian Manajemen. (2015). http://nichonotes.blogspot.com/2015/02/pengertian-manajemen.html
R.Ali Rido. (2004). Badan Hukum dan Kedudukan Badan Hukum Perseroan, Perkumpulan, Koperasi, Yayasan, Wakaf,. Alumni.
Sugiono. (2009). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan R&D. Alfabeta.
Surat Keterangan Perjanjian Pinjaman Nomor:43/YPI/1991. (1991).
Surat Keterangan Wakaf Pengurus Besar Persatuan Ulama Seluruh Aceh kepada Yayasan Pendidikan Islam Bireuen tanggal 1 Muharram 1402 H. /29 Oktober 1981. (1981).
Syahabuddin Abi ‘Abbas Ahmad bin Idris bin ‘Abdurrahman. (1998). al-Zakhirah fi Furu‘i al-Malikiyah. Dar al-Kitab al-‘Alamiyah.
Teguh Prasetyo, A. H. B. (2013). Filsafat, Teori, dan Ilmu Hukum. Raja Grafindo Persada.
Thaher, M. T. (2018). Ketua Tiga Yayasan Pendidikan Islam Bireuen.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2001, (2001).
Zulkarnaian. (2018). ketua Yayasan Darul al-Ma‘arif Juli Cot Masjid.
Downloads
Additional Files
Published
Issue
Section
License
MEDIA SYARI'AH: Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial has CC-BY-SA or an equivalent license as the optimal license for the publication, distribution, use, and reuse of scholarly work. Authors who publish with this journal agree to the following terms:
1. Authors retain copyright and grant the journal right of first publication with the work simultaneously licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License that allows others to share the work with an acknowledgment of the work's authorship and initial publication in this journal.
2. Authors are able to enter into separate, additional contractual arrangements for the non-exclusive distribution of the journal's published version of the work (e.g., post it to an institutional repository or publish it in a book), with an acknowledgment of its initial publication in this journal.
3. Authors are permitted and encouraged to post their work online (e.g., in institutional repositories or on their website) prior to and during the submission process, as it can lead to productive exchanges, as well as earlier and greater citation of published work (See The Effect of Open Access).
You are free to:
Share — copy and redistribute the material in any medium or format.
Adapt — remix, transform, and build upon the material for any purpose, even commercially.
The licensor cannot revoke these freedoms as long as you follow the license terms.
All papers published in MEDIA SYARI'AH: Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial are licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.