Pembagian Rumah Tuo dalam Warisan Adat Aneuk Jamee Ditinjau Menurut Fiqh Mawaris (Studi di Kecamatan Tapaktuan)
Abstract
Abstrak: Pembagian rumah tuo dalam warisan adat Aneuk Jamee di Kecamatan Tapaktuan berbeda dengan fiqh mawaris. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui praktik pembagian warisan rumah tuo dan untuk mengetahui tinjauan fiqh mawaris dalam pembagian warisan rumah tuo dalam masyarakat adat Aneuk Jamee. Metode penelitian ini adalah kualitatif, sedangkan jenis penelitian lapangan (field research) dengan pendekatan studi kasus (case study). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa praktik pembagian rumah tuo dalam warisan adat aneuk jamee telah dilakukan sejak dulu, yaitu dengan memberikan hak waris kepada perempuan lebih besar daripada laki-laki. Pembagian rumah tuo dalam warisan adat aneuk jamee tidak bertentangan dengan hukum Islam, karena dilakukan dengan tiga tahapan umum. Yang pertama, kesesuaian waktu dalam pembagian harta warisan yaitu setelah wafatnya pewaris. Kedua meskipun ukuran besaran yang didapat berbeda antara anak laki-laki dan anak perempuan, tetapi sesuai dalam asas kewarisan pada rasa keadilan dan kerelaan masing-masing ahli waris. Ketiga, kesesuaian dengan qawa’id al fiqhiyah al ‘adah al muhakamah dalam hal kebiasaan baik yang tumbuh dan berkembang di masyarakat Aneuk Jamee untuk melindungi anak perempuan.
Abstract: The division of tuo house in Aneuk Jamee's traditional heritage in Tapaktuan District is different from fiqh mawaris. The purpose of this study was to determine the practice of distributing the inheritance of tuo houses and to find out the fiqh review of mawaris in the distribution of inheritance of tuo houses in the Aneuk Jamee indigenous community. This research method is qualitative, while the type of field research (field research) with a case study approach. The results of this study indicate that the practice of distributing house tuo in the aneuk jamee customary heritage has been done long ago, namely by giving inheritance rights to women greater than men. The division of the tuo house in the aneuk jamee traditional heritage is not contrary to Islamic law, because it is carried out in three general stages. First, the suitability of time in the distribution of inheritance is after the death of the testator. Second, although the size of the amount obtained is different between boys and girls, but according to the principle of inheritance on the sense of justice and willingness of each heir. Third, conformity with qawa'id al fiqhiyah al ‘adah al muhakamah in terms of good habits that grow and develop in the Aneuk Jamee community to protect girls.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Abu Bakar Ahmad bin Husain bin ‘Ali Al-Baihaqi, Sunan Al-Kubra, jilid 6, Bairut: Dar Al-Kutub Al-‘Ulumiyyah, 1994.
Ahmad Rofiq. Hukum Perdata Islam Di Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo, 2013.
Ahmad Sarwat. Fiqh Mawaris, Jakarta: DU Center. TT.
Amien Husein Nasution. Hukum Kewarisan Suatu Analisis Komparatif Pemikiran Mujtahid dan Kompilasi Hukum Islam, Jakarta: Rajawali Pers, 2014.
Amir Syarifuddin. Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Pranamedia Group, 2015.
Barend Ter Haar B. Zn. Asas-Asas dan Susunan Hukum Adat, Alih Bahasa Soebakti Poesponoto, Jakarta: Pradnya Paramita, 1974.
BPS Kecamatan Tapak Tuan 2018.
Dian Khairul Umam. Fiqh Mawaris, Bandung: Pustaka Setia, 2006.
Gamal Achyar. Nilai Adil Dalam Pembagian Warisan Menurut Hukum Islam, Fakhrurrazi M. Yunus (ed.), kata pengantar Syahrizal Abbas, Banda Aceh: Awsat, 2018.
Hasan Saleh. Kajian Fiqh Nabawi dan Fiqh Kontemporer, Jakarta: Raja Grafindo, 2008.
Hilman Hadikusuma. Hukum Waris Adat, Bandung: Citra Aditya Bakti, 2003.
http://www.acehselatankab.go.id
Muhammad Bin Shalih Al-‘Utsaimin. Tas-Hiilul Faraa-idh, ed. In, Panduan Praktis Hukum Waris Menurut Al-Qur’an dan As-Sunnah Yang Shahih, (terj: Abu Ihsan Al-Atsari), Jakrta: Pustaka Ibnu Katsir, 2013.
Muhammad Muhibbin dan Abdul Wahid. Hukum Kewarisan Islam Sebagai Pembaharuan Hukum Positif di Indonesia, Jakarta: Sinar Grafika, 2009.
Soerjono Soekanto. Hukum Adat Indonesia, Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2007.
Suhrawardi K. Lubis dan Komis Simanjuntak. Hukum Waris Islam Lengkap dan Praktis, Jakarta: Sinar Grafika, 2004.
Teungku Muhammad Hasbi Ash-Shiddieqy. Fiqh Mawaris Hukum Pembagian Warisan Menurut Syari’at Islam, Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2010.
Wahbah Al-Zuhaili. Fiqih Islam Wa Adillatuhu, Jakarta: Gema Insani, 2010.
______ Fiqih Imam Syafi’i: Mengupas Masalah Fiqhiyah Berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits, (terj: Muhammad Afifi & Abdul Hafiz), Jakarta: Almahira, 2010
Wawancara dengan Zulkifli, warga Gampong Lhokbengkuang, Kemukiman Hulu, pada tanggal 15 Agustus 2019 di Tapaktuan.
Wawancara dengan Ishar, warga Gampong Lhokbengkuang, Kemukiman Hulu, pada tanggal 15 Agustus 2019 di Tapaktuan.
Wawancara dengan Taslim, Kheucik Gampong Hilir, Kemukiman Hilir, pada tanggal 15 Agustus 2019 di Tapaktuan.
Wawancara dengan Julizar Iskandar, Kheucik Gampong Hulu, Kemukiman Hilir, pada tanggal 15 Agustus 2019 di Tapaktuan.
Wawancara dengan Bustami, Tokoh Adat Tapaktuan, pada tanggal 14 Agustus 2019 di Tapaktuan.
Wawancara dengan Syamsuar Manaf, Tokoh Adat Tapaktuan, pada tanggal 14 Agustus 2019 di Tapaktuan.
Wawancara dengan Nasir Khadir, Tokoh Agama Tapaktuan, pada tanggal 15 Agustus 2019 di Tapaktuan.
Wawancara dengan Khairizal Mouna, Tokoh Agama Tapaktua, pada tanggal 15 Agustus 2019 di Tapaktuan.
DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jms.v21i2.6493
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2020 Media Syari'ah
All papers published in Media Syari'ah : Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial are licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. |