Implementasi Wasiat Berupa “Honorarium” Menurut Pandangan Wahbah Zuhaili

Zaiyad Zubaidi, Muhammad Yanis

Abstract


Abstrak: Peralihan harta selain kewarisan dalamIslam salah satunya dikenal dengan wasiat, yaitu dengan cara berpesan seseorang terhadap sebagian harta kekayaannya pada saat seseorang tersebut masih hidup dan berlaku setelah meninggalnya pewasiat.Salah satu bentuk wasiat ialah wasiat yang berupa honorarium.Wasiat honorarium adalah wasiat yang berasal dari pokok harta peninggalan mayit, dan jenis ini masuk dalam wasiat  yang berupa benda yang mempunyai ukuran tertentu yang harus di berikan kepada orang yang berhak menerima wasiat yang telah di wasiatkan oleh seseorang sebelum ia meninggaldunia, seperti angsuran tahunan, bulanan, atau harian, yang  tidak berbeda dengan wasiat pada umum nya hanyasajaiamenggunakan system angsuran. Wasiat berupa honorarium ini umumnya dikenal di wilayah timur seperti Mesir. Mengenai batas waktu pemberian wasiat berupa honorarium ini terdapat perbedaan pendapat Wahbah Az-zuhaili yang mengatakan bahwa  wasiat honorarium  tidak boleh melebihi dua (2) generasi jika lebih maka untuk generasi selebihnya dianggap batal. Untuk memperoleh jawaban dari hal tersebut maka dalam Penelitian ini penulis menggunakan kepustakaan (library Research)dan dilakukan dengan menggunakan metode deskriktif-analisis-kompratif, yaitu menggambarkan konsep pemikiran wahbah Az-Zuhaili tentang wasiat berupa Honorarium berikut dengan landasan hukumnya.Hasil penelitian menunjukkan bahwa. Wasiat berupa Honorarium sama seperti wasiat lainnya hanya saja berbeda dalam pemberiannya yang dilakukan secara berangsur-angsur. Wahbah Az-Zuhaili menggunakan metode istimbat hukum maqasid syari’ah (Dharuriyat) yaitu kepentingan untuk memelihara harta. Dalam hal ini pemeliharaan harta si pewasiat yang akan diwasiatkan kepada penerimanya harus dapat dipastikan sampai untuk yang berhak. Pemberian wasiat secara berangsur-angsur dilakukan agar harta yang diwasiatkan dapat membawa manfaat untuk jangka waktu yang lama sehingga tidak sia-sia. Dan juga pemberian wasiat dengan jalan angsuran sering terjadi dalam kasus si penerima wasiat yang masih berada dibawah umur yang mana ia tidak dapat menggunakan hartanya secara baik, maka oleh sebab itu untuk menghindari pemanfaatan dari pihak lain jalan terbaik adalah dengan angsuran sesuai kebutuhan si penerima wasiat namun tidak melebihi dari sepertiga harta yang dimiliki keseluruhan si pewasiat tentunya.

AbstractThe transition of treasures other than religious in Islam, one of which is known as a testament, is through a message of some of its wealth when the person is alive and occurs after the death of a testament. One form of wills is an honorarium. The honorarium will be a testament derived from a Mayite estate, and this type is entered into a will which has a certain size that must be given to the person who has the right to accept a will that has been waged by a person before he passed away, such as annual, monthly, or daily installments, which is no different from his generalized wills in his general drifting system installments. Wills in the form of honorarium is commonly known in the eastern regions such as Egypt. As for the deadline for this honorarium, there is a difference in the opinion of Wahbah Az-Zuhaili who said that an honorarium will not exceed two (2) generations if more then for the other generation is considered void. To obtain an answer from this, in this research the author uses library Research and is done using the method-analysis-comparative methods, namely, describing the concept of the thought of the Wahbah Az-Zuhaili of wills in the form of Honorarium with its legal basis. The results showed that. Wills in the form of the Honorarium is just as other wills are only different in the grade given.  Wahbah Az-Zuhaili uses the special method of law Maqasid Syari'ah (Dharuriyat), which is the interest to preserve wealth. In this case, the maintenance of the property will be disclosed to the recipient must be ensured to the right. Probate will gradually be done so that the declared property can bring benefits for a long period so it is not in vain. And also the provision of a will in installments often occur in the case of the recipient who is still under the age of which he is not able to use his property properly, therefore to avoid the utilization of the other parties the best way is in installments according to the needs of the recipient but not exceeding the third property owned by the wills, of course.


Keywords


Wasiat, Honorarium

Full Text:

PDF

References


Amir Syarifuddin, Hukum Kewarisan Islam, Jakarta: Kencana, 2008.

Ibnu Rusyd, Bidayatul Mujtahid terj.Abu Usamah Fakhtur, Jakarta: Pustaka Azzam, 2007.

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu, terj. Abdul Hayyie al-Kattani, dkk, Jakarta: Gema Insani, 2007.

Ahmad Rofiq, Fiqh Mawaris, Edisi Revisi, Jakarta: Raja Grafindo Persada, Cet. 4,

Syaikh Kamil Muhammad „Uwaidah, Al-Jami‟ fii Fiqhi An-Nisa‟ Terjemahan M. Abdul Ghoffar E.M, Fiqih Wanita, Jakarta: Pustaka Al-Kautsar, 2008.

Sayyid Sabiq, Fikih Sunnah 5, Penerjemah Abdurrahim dan Masrukin, Jakarta: Cakrawala Publising, 2009.

Wahbah az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa „Adillatuhu Jilid 10, Penerjemah Abdul Hayyie al- Kattani, dkk, Jakarta: Gema Insani, 2011.

Syaikh Muhammad bin Shalih al-„Utsaimin, Asy-Syarbul Mumti‟ Kitaabul Waqf wal Hibah wal Washiyyah, Penerjemah Abu Hudzaifah, Lc, Panduan Wakaf, Hibah dan Wasiat, Pustaka Imam asy-Syafi‟i, 2009.

Saleh Al-Fauzan, Fiqih Sehari-hari, Jakarta:Gema Insani, 2006.

Wahbah Az-Zuhaili, Fiqih Islam Wa Adillatuhu,Jakarta: Gema Insani, 2011.

Sayyid Sabiq, Ringkasan Fikih Sunnah, Jakarta: Beirut Publishing, 2017.

Teungku Muhammad Hasbi Ash Shidieqy, Fiqh Mawaris, Semarang: Pt. Pustaka Rizki Putra, 1997

Ali Parman, Kewarisan dalam Al-Quran, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1995.

M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, Jakarta:Lentera Hati, 2002.

Sulaiman Al-Faifi, Ringkasan Fikih Sunnah Sayidd Sabid, Jakarta: Beirut Publishing, 2017.

Sayyid Sabiq, op. cit,

Abdurrahman al-Jaziri, Fiqh al-Madzahib al-'Arba‟ah. Juz II dan III, Beirut: Dar alFikr, t.th.

Muhammad Jawad Mughniyah, Ahwal al Syahsiyah, Beirut: Daar al Ilm II Milayani, 1964.

Abi ‘Abdul Mu’thi Muhammad bin Umar, Nihayatu al-zain fi Irsyad al-Mutbtada ‘in, Lebanon Dar al-Fikr, 2005.

Muhammad Jawad Mughniyyah, op. cit,

Sidik Tono, Kedudukan Wasiat dalam Sistem Pembagian Harta Peninggalan, Jakarta Pusat: Kementrian Agama Republik Indonesia Direktorat Jendral Pendidikan Islam Direktorat Pendidikan Tinggi Islam, 2012.

Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT RajaGrafindo Persada, 1997.

Saiful Amin Ghofur, Profil Para Mufasir al-Qur’an,Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008.

Badi’ as-Sayyid, Syeikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili-Ulama Karismatik Kontemporer-Sebuah Biografi, Penerj. Ardiansyah, Bandung: Cita Pustaka Media, 2010.




DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jms.v20i2.6514

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2020 Media Syari'ah



Media Syari'ah : Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial has been indexed by:

 

All papers published in Media Syari'ah : Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial are licensed under a  Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.