Challenging The Principle of Equality Before the Law in Qanun Jinayat Aceh

Khairil Akbar, Nyak Fadhlullah, Zahlul Pasha Karim

Abstract


This article aims to explain how the principle of equality before the law in Aceh Qanun Number 6 of 2014 concerning the Jinayat Law is applied. As part of the Indonesian state, the application of Islamic law (especially in the jinayat) in Aceh should be in line with the characteristics of the rule of law, among which is the principle of equality before the law. Through the statute approach, it turns out that there is a disparity between the Qanun Jinayat Aceh and the regulations above, including the principle of equality before the law. Even though they have equaled men and women, the Qanun Jinayat Aceh clearly distinguishes people based on their religion. A person who is Muslim is obliged to submit to Qanun a quo while those who are not Muslim are in two choices: first, subject to Qanun because of the vacuum of national law; or second, choosing to submit to the Qanun because it is considered lighter than national law. This situation is discriminatory for Muslims on one hand, and unfair to non-Muslims on the other.

Artikel ini bertujuan untuk menjelaskan bagaimana prinsip equality before the law dalam Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat diterapkan. Sebagai bagian dari negara Indonesia, penerapan syariat Islam (khususnya di bidang jinayat) di Aceh sudah seharusnya tetap sejalan dengan ciri negara hukum yang di antaranya adalah adanya prinsip equality before the law. Melalui pendekatan perundang-undangan (statute approaceh), ternyata didapati adanya disparitas antara Qanun Jinayat Aceh dengan peraturan di atasnya, termasuk terhadap prinsip equality before the law. Meski telah menyejajarkan laki-laki dan perempuan, namun Qanun Jinayat Aceh ini secara tegas membedakan seseorang berdasarkan agama yang dianutnya. Seorang yang beragama Islam wajib tunduk pada Qanun a quo sedangkan mereka yang beragama bukan Islam berada pada dua pilihan: pertama, tunduk terhadap Qanun karena kekosongan hukum nasional; atau kedua, memilih tunduk terhadap Qanun karena dirasa lebih ringan dibanding hukum nasional. Keadaan ini diskriminatif bagi orang Islam di satu pihak, dan tidak adil bagi nonmuslim di pihak lain.


Keywords


Equality Befor the Law; Qanun Jinayat; Aceh

Full Text:

PDF

References


Adam, I. I. (2016). Qur’anic interpretation politicized: Asma barlas’ text rereading. Al-Shajarah, 21(1), 73–89.

Afrianty, D. (2015). Women and Sharia Law in Northern Indonesia. Routledge. https://doi.org/10.4324/9781315744568

Ansor, M. (2015). Being Woman in the Land of Shari‘a: Politics of the Female Body, Piety, and Resistance in Langsa, Aceh. Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies, 52(1), 59. https://doi.org/10.14421/ajis.2014.521.59-83

Asshiddiqie, J. (2006). GAGASAN NEGARA HUKUM INDONESIA. L’école de Palo Alto, 1–17. https://doi.org/10.14375/np.9782725625973

Audah, J. (n.d.). Membumikan Hukum Islam Melalui Maqasid Syariah: Pendekatan Sistem (1st ed.). Mizan.

Bahiej, A., & Amilia, F. (2017). Respons Minoritas Non-Muslim terhadap Pemberlakukan Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat. Asy-Syir’ah Jurnal Ilmu Syari’ah Dan Hukum, 51(1).

Danial. (2012). Syari’at Islam dan Pluralitas Sosial (Studi tentang Minoritas Non-Muslim dalam Qanun Syari’at Islam di Aceh). Analisis: Jurnal Studi Keislaman, 12(1), 71–92. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/analisis/article/view/630/528

Din, M. (2009). Stimulasi Pembangunan Hukum Pidana Nasional; dari Aceh untuk Indonesia. Unpad Press.

Fadlia, F., & Ramadani, I. (2018). The Qanun Jinayat Discriminates Against Women (Victims of Rape) in Aceh, Indonesia. Journal of Southeast Asian Human Rights, 2(2), 448. https://doi.org/10.19184/jseahr.v2i2.8358

Feener, R. M. (2013). Shariʿa and Social Engineering: The Implementation of Islamic Law in Contemporary Aceh, Indonesia. Oxford Islamic Legal Studies.

Großmann, K. (2016). Women’s Rights Activists and the Drafting Process ofthe Islamic Criminal LawCode (Qanun Jinayat). In Islam and the Limits of the State: Reconfigurations of Practice, Community and Authority in Contemporary Aceh (pp. 1–249). https://doi.org/10.1163/9789004304864

Harun, N. (2017). Proses Peradilan Dan Arti Sebuah Keyakinan Hakim dalam Memutus Suatu Perkara Di Pengadilan Agama Manado. Jurnal Ilmiah Al-Syir’ah, 15(2), 167–192. https://doi.org/10.30984/as.v15i2.479

ICJR dan Solidaritas Perempuan Ajukan Hak Uji Materil Qanun Jinayat Aceh ke Mahkamah Agung. (2015).

Juwana, H. (2014). Penegakan Hukum dalam Kajian Law and Development: Problem dan Fundamen bagi Solusi di Indonesia. In Indonesian Journal of International Law (Vol. 3, Issue 2, pp. 212–241). https://doi.org/10.17304/ijil.vol3.2.398

Karim, Z. P. (2020). Relasi FPI dengan Dayah dalam Penegakan Syari’at Islam di Aceh. Jurnal Sosiologi Agama Indonesia, 1(3), 228–237.

Karjadi, M., & Soesilo, R. (1997). Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana. Politeia.

Khairil Akbar. (2014). Pidana Mati Terhadap Delik Penyalahgunaan Psikotropika dalam Perspektif Teori Pemidanaan Islam. Universitas Islam Negeri Ar-Raniry.

Mahdi. (2011). Sistem Hukum Penegakan Qanun Jinayah di Aceh. Jurnal Media Syariah, 13(2), 179–192.

Mansur, T. M. (2016). Menyoal ‘Uqubat Cambuk 100 Kali. Serambi Indonesia.

Mendagri Mengaku Tak Bisa Lakukan “Eksekutif Review” atas Qanun Aceh No 6 Tahun 2014 Tentang Hukum Jinayat. (2015). Http://Icjr.or.Id/.

Muhammad Ishar Helmi. (2013). Penerapan Azas “Equality Before The Law” Dalam Sistem Peradilan Militer. Jurnal Cita Hukum, 1(3).

Noor, A. M., & Haron, A. A. K. M. N. (2016). The Importance of Understanding the Maqashid of Shari’ah in the Development of Islamic Banking and the Financial System. 21(3), 41–45.

Qanun Aceh Nomor 6 Tahun 2014 tentang Hukum Jinayat, (2014).

Qanun Hukum Jinayah, Kitab Pidana ala Serambi Mekkah. (2015).

Sanyoto. (2008). Penegakan Hukum di Indonesia. Jurnal Dinamika Hukum, 8(3), 199–204.

Teguh Prasetyo. (2015). Hukum Pidana. PT Raja Grafindo Persada.

Thohari, F. (2016). Kajian Hadis-hadis Hukum Pidana Islam. Deepublish.

Uddin, A. T. (2010). Religious Freedom Implication of Sharia Implementation in Aceh, Indonesia. University of St. Thomas Law Journal, 7(3), 1–46.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 Tahun 1970 Tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, Pub. L. No. 14, Undang-undang Republik Indonesia (1970).

Zahlul Pasha. (2020). Mengapa Non-Muslim Tetap Dikenai Qanun Jinayat Aceh? Islami.Co.




DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jms.v24i1.9236

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2022 Khairil Akbar

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.

Media Syari'ah : Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial has been indexed by:

 

All papers published in Media Syari'ah : Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial are licensed under a  Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.