Makna Kurikulum: Dari Materi Belajar Ke Perencanaan Pembelajaran

Ismail Muhammad

Abstract


The term “curriculum†is derived from the Latin word “curriculae†which etomologically means “distance in runningâ€. Terminologically, curriculum has been interpreted in terms of contextual changes in education, they are; course of study, educative experience and plan for learning

Full Text:

PDF

References


Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2005), cet. V, hal. 16. Pendapat lain mengatakan bahwa kata kurikulum diambil dari bahasa Latin yaitu Currere. (Lihat: Ahmad, Pengembangan Kurikulum, (Bandung: Pustaka Setia, 1998), hal. 9.

Ibnu MandhÅ«r, LisÄnul’Arab, (Kairo: DÄr al-HadÄ«s, 2003), juz VII, hal. 714 The Oxford English Dictionary, (Oxford: At The Clarendon Press, 1978), cet. III, hal. 1271. Philip Babcock Gove (Ed.), Webster’s Third New International Dictionary, (Massachusetts: G & C Merriam Company, Publishers Springfield, 1966), hal. 557.

Yahya HandÄmi dan JÄbir Abdul HamÄ«d JÄbir, Al-Manhaj, AsÄsuhÄ, TakhtÄ«tuhÄ, TaqwÄ«muhÄ, (Kairo: DÄr al-Nahdhah al-ArabÄ«ah, 1987), cet. III, hal. 9.Philip W. Jackson, Conseptions of Curriculum and Curriculum Specialists, dalam Handbook of Research on Curriculum, (New York: Simon & Schuster Macmillan, 1992), hal. 5.

Philip W. Jackson, Conseptions of Curriculum and Curriculum Specialists, . . ., hal. 5. Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran . . ., hal. 17

Philip W. Jackson, Conseptions of Curriculum and Curriculum Specialists, . . ., hal. 5.

Omar Muhammad al-Toumy al-Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1979), cet. I, hal. 481.

Philip W. Jackson, Conseptions of Curriculum and Curriculum Specialists, . . ., hal. 5. Ronald C. Doll, Curriculum Improvement, Decision Making and Process, (Boston: Allyn & Bacon Inc, 1977), hal. 19.

Yahya HamdÄm dan JÄbir Abdul HamÄ«d JÄbir, Al-Manhaj, AsÄsuhÄ, TakhthÄ«tuhÄ, TaqwÄ«muhÄ, . . , hal. 13. Pendapat senada juga disebutkan oleh Hasan Langgulung, “kurikulum adalah sejumlah pengalaman pendidikan, kebudayaan, sosial, olah raga dan kesenian di dalam maupun di luar kelas yang dikelola sekolahâ€. (Lihat: Hasan Langgulung, Asas-asas Pendidikan Islam, (Jakarta: Pustaka al-Husna,1987), hal. 483. Konsep pengertian yang dikemukakan oleh Hasan Langgulung ini mungkin terpengaruh dengan pengertian yang dikemukakan oleh al-Syaibany dalam buku yang diterjemahkannya, dimana dalam penjelasannya yang panjang tentang pengertian kurikulum, al-Syaibani menyebutkan pengertian kurikulum sebagai “sejumlah kekuatan, faktor-faktor pada alam sekitar pengajaran dan pendidikan yang disesuaikan oleh sekolah bagi murid-muridnya di dalam dan di luarnya, dan sejumlah pengalaman-pengalaman yang lahir dari pada interaksi dengan kekuatan-kekuatan dan faktor-faktor ini. (Lihat: al-Al-Syaibany, Falsafah Pendidikan Islam, . . ., hal. 487-486).

Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor & Pembaharuan Pendidikan Pesantren. (Jakarta: Rajawali, 2005), hal. 79.

S. Nasution, Asas-asas Kurikulum, (Jakarta: Bumi aksara, 2006), cet. VII, ed II, hal. 7.

Nana Syaodih Sukmadita, Pengembangan Kurikulum, Teori dan Praktek, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), cet VI, hal. 5.

G. Wesley Soward & Mary-Margaret Scobey, The Changing Curriculum and the Elementary Teacher, (California: Wadswoth Publishing Company, 1968), ed. II, hal. 22. Pendapat yang hampir senada dikemukakan oleh Donald E. Orlosk dan B. Othanel Smith: “. . . program for helping pupils develop humane and rational qualities . . . “. ( . . . program untuk menolong murid-murid untuk mengembangkan kualitas kemanusiaan dan rasionalitas . . . ). (Lihat: Donald E. Orlosky & B. Othanel Slith, Curriculum development, Issues and Insights, (Chicago: Rand McNally College Publishing Company, 1978), ed. VIII, hal. 3.

S. Nasution, Kurikulum dan Pengajaran, (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), cet. IV, hal. 1.

Standar Nasional Pendidikan, Peraturan Pemerintah Republik Indonesia nomor 19 tahun

, (Jakarta: Lekdis, 2005), hal. 11.

Banyak pendapat yang berkembang sekitar komponen kurikulum. Nana Syaodih Sukmadinata mengatakan, “Unsur dari anatomi tubuh kurikulum yang utama adalah: tujuan, isi atau materi, proses atau sistem penyampaian dan media, serta evaluasi. Keempat komponen tersebut berkaitan erat satu sama lain.†(Lihat: Nana Syaodih Sukmadita, Pengembangan Kurikulum, Teori . . ., hal. 102). Oemar Hamalik menyebutkan, “Kurikulum sebagai suatu sistem keseluruhan memiliki komponen-komponen yang saling berkaitan antara satu dengan yang lainnya, yakni (1). Tujuan, (2). Materi, (3) Metode, (4). Organisasi, dan (5). Evaluasi.†(Lihat: Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, hal. 24). Dengan mengutip dari Hilda Taba dan Ralph W. Tyler, Abdullah Zarkasyi menyebutkan empat aspek kurikulum yaitu, tujuan, materi, metode dan evaluasi.(Lihat: Abdullah Syukri Zarkasyi, Gontor & Pembaharuan . . ., hal. 80). Hal yang sama disebutkan oleh Ahmad, “komponen kurikulum ada empat yaitu, tujuan, bahan pelajaran, proses belajar mengajar dan penilaianâ€.(Lihat: Ahmad, Pengembangan Kurikulum, hal. 17. Bandingkan dengan pendapat yang dikemukakan oleh John D. McNeil, Profesor Pendidikan dari Universitas California (1985 M.) yang menyebutkan bahwa tujuan, metode, organisasi dan evaluasi merupakan karateristik umum sistem pengelolaan kelas. Ia tidak menyebutkan keempat hal tersebut sebagai aspek-aspek kurikulum. John D. McNiel, Curriculum, A Comprehensive Introduction , (Lihat: Boston: Little, Brown And Company, 1985), ed. III, hal. 45-47).

Arief Furchan dkk, Pengembangan Kurikulum Berbasis Kompetensi di Perguruan Tinggi

Agama Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005), hal. 28


Refbacks

  • There are currently no refbacks.