Ibnu Taimiyyah on Repentance as Eliminating the Punishment for Adultery [Taubat Sebagai Penghapus Had Zina Menurut Ibnu Taimiyyah]

Syuhada Syuhada, Zulkiram Zulkiram

Abstract


Abstract: Scholars differ on whether the repentance of an adulterer can abrogate the punishment of the limit. Some scholars state that there is no fall at all, while others state that the punishment is limited to fall. In this regard, Ibn Taymiyyah's opinion is the same as the last opinion that the repentance of an adulterer can remove the demand of the limit as long as it has not been submitted to the ruler, but if it has been submitted to the ruler then the limit does not fall so it remains punished and his repentance is accepted by Allah swt. The research method is qualitative, the type of literature research, research data from library materials in the form of books of jurisprudence, law, and other relevant literature, both from primary, secondary, and tertiary data, then analyzed by descriptive analysis. The results of the study showed that according to Ibn Taymiyyah, the perpetrator of adultery who repented before being complained to the government fell ḥadd adultery. The perpetrator does not have to admit his actions because the attitude is seen as better. As for the adulterer who repents after being complained to the government, then it does not fall ḥadd adultery. The perpetrator must still be punished, his repentance is accepted by Allah swt., while the punishment of ḥadd is a consummation of his repentance. The argument used by Ibn Taymiyyah about the fall of ḥadd zina due to repentance refers to the provisions of the QS. al-Nisā 'verse 16, QS. al-Māidah verses 33-34, QS. Ṭāhā verses 121-122, and the hadith narrated by Abū Dawud about the punishment of Maiz. The method of istinbāṭ that he uses tends to use heroic reasoning, that is, looking at the sides and rules of language, general and special relations, cause and effect, and understanding the words of the Qur'an.

 

Abstrak: Para ulama berbeda pendapat apakah tobat seorang pezina dapat membatalkan hukuman batas? Sebagian ulama menyatakan bahwa tidak ada jatuhnya sama sekali, sedangkan sebagian lainnya menyatakan bahwa hukumannya terbatas pada jatuh. Dalam hal ini pendapat Ibnu Taimiyah sama dengan pendapat yang terakhir bahwa tobat seorang pezina dapat menghilangkan tuntutan batas selama belum diserahkan kepada penguasa, tetapi jika sudah diserahkan kepada penguasa maka batasnya tidak jatuh sehingga tetap dihukum dan tobatnya diterima oleh Allah SWT. Adapun metode penelitiannya adalah kualitatif, jenis penelitian kepustakaan, data penelitian dari bahan pustaka berupa buku-buku fiqih, hukum, dan kepustakaan lain yang relevan kemudian data-data yang telah terkumpul, baik dari data primer, sekunder, maupun tersier. Kemudian dianalisis secara deskriptif-analisis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa menurut Ibnu Taimiyah, pelaku zina yang bertobat sebelum mengadu ke pemerintah, jatuh hadd zina. Pelaku tidak harus mengakui perbuatannya karena sikapnya dipandang lebih baik. Adapun pezina yang bertobat setelah diadukan kepada pemerintah, maka tidak termasuk zina. Pelaku tetap harus dihukum, tobatnya diterima oleh Allah SWT., sedangkan hukuman hadd sebagai penyempurnaan tobatnya. Dalil yang digunakan Ibnu Taimiyah tentang jatuhnya hadd zina karena taubat mengacu pada ketentuan QS. al-Nisā' ayat 16, QS. al-Maidah ayat 33-34, QS. Thāhā ayat 121-122, dan hadis yang diriwayatkan oleh Abu Dawud tentang hukuman Maiz. Metode istinbāṭ yang digunakannya cenderung menggunakan nalar heroik, yaitu melihat sisi dan kaidah kebahasaan, hubungan umum dan khusus, sebab akibat, dan memahami kata-kata Alquran.


Keywords


Repentance; Had Zina; Ibn Taymiyyah

Full Text:

PDF

References


‘Ābidīn, Ibn. Radd al-Muḥtār ‘alā Darr al-Mukhtār Syarḥ Tanwīr al-Abṣār. 6 ed. Riyadh: Dār ‘Ālim al-Kutb, 2003.

Abubakar, Al Yasa’. Metode Istishlahiah. Banda Aceh: Bandar Publishing, 2012.

Al-Anṣārī, Zakariyyā. Manhaj al-Ṭullāb fī Fiqh al-Imām al-Syāfi’ī. Bairut: Dar al-Kutb al-’Ilmiyyah, 1997.

Al-Baghawī, Ibn Farrā’. al-Tahżīb fī Fiqh al-Imām al-Syāfi’ī. 7 ed. Bairut: Dar al-Kutb al-‘Ilmiyyah, 1997.

Al-Bukhārī, Imām. Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Riyadh: Bait al-Afkār al-Dauliyyah, 1998.

———. Ṣaḥīḥ al-Bukhārī. Riyadh: Bait al-Afkār al-Dauliyyah Linnasyr, 1998.

Al-Dawoody, Ahmed. The Islamic Law of War. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2019.

Al-Ghazālī, Abī Ḥāmid bin Muḥammad bin Muḥammad. Iḥyā’ ‘Ulūm al-Dīn. Bairut: Dar Ibn Hazm, 2005.

Al-Jauziyyah, Ibn Qayyim. ‘Aun al-Ma’būd Syarḥ Sunan Abī Dāwud. Madinah: Maktabah al-Salafiyyah, 1969.

———. Badā’i al-Tafsīr. 2 ed. Riyadh: Dār Ibn al-Jauzī, 1427.

———. Kunci Kebahagiaan. Jakarta: Akbar Media Eka Sarana, 2004.

———. Manajemen Qalbu: Melumpuhkan Senjata Syetan. 6 ed. Jakarta: Darul Falah, 2005.

Al-Karazkani, Ibrahim Yusuf Ali. Taman Orang-Orang yang Bertaubat. Jakarta: Pustaka Zahra, 2005.

Al-Qurṭubī, Abī Bakr. al-Jāmi’ al-Aḥkām al-Qur’ān. 18 ed. Bairut: Mu’assasah al-Risālah, 2006.

Al-Sajastānī, Abī Dāwud Sulaimān bin al-Asy’aṡ. Sunan Abī Dāwud. Riyadh: Bait al-Afkār al-Dauliyyah, 1992.

Al-Zahabi, Syamsuddin Muḥammad bin Aḥmad bin ‘Uṡman. Dosa-Dosa Besar. Jakarta: Ummul Qura, 2014.

Al-Zuhaili, Wahbah. Fiqih Islam: Sistem Ekonomi Islam, Pasar Keuangan, Hukum Hadd Zina, Qadf, Pencurian. Jakarta: Gema Insani Press, 2011.

Al-Zuḥailī, Wahbah. al-Fiqh al-Islāmī wa Adillatuh. Damaskus: Dār al-Fikr, 1985.

Erba Rozalina Yulianti. “Tobat Sebagai Sebuah Terapi: Kajian Psikoterapi Islam.” Syifa al-Qulub 1, no. 2 (2017): 24.

Fairuz, Achmad W. Munawwir dan M. Kamus al-Munawwir. Surabaya: Pustaka Progressif, 2007.

Hamid, Syamsul Rijal. Agama Islam. Jakarta: Bee Media Pustaka, 2017.

Imām al-Nawawī. Riyāḍ al-Ṣāliḥīn. Bairut: al-Maktab al-Islami, 1992.

M. Mutawalli al-Sya’rawi. Dosa-Dosa Besar. Jakarta: Gema Insani Press, 2000.

Mulqan, Ibn. ‘Ijālah al-Muḥtāj ilā Taujīh al-Minhāj. Yordania: Dar al-Kitab, 2001.

Muslich, Ahmad Wardi. Hukum Pidana Islam. 3 ed. Jakarta: Sinar Grafika, 2016.

Nahe’i, Nur Rofah dan Imam. Kajian tentang Hukum dan Penghukuman dalam Islam: Konsep Ideal Hudud dan Praktiknya. Jakarta: Komnas Perempuan, 2016.

Rusdi, Ahmad. “Efektivitas Salat Taubat dalam Meningkatkan Ketenangan Hati.” PSIKIS-Jurnal Psikologi Islami 2, no. 2 (2016).

Rusyd, Ibn. Bidayah al-Mujtahid wa Nihayatul Muqtashid: Referensi Lengkap Fikih Perbandingan Mazhzab. 2 ed. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2016.

Sabiq, Sayyid. Fiqih Sunnah. 3 ed. Jakarta: Pena Pundi Aksara, 2006.

Shihab, Muhammad Quraish. Keidah Tafsir: Syarat, Ketentuan, dan Aturan yang Patut Anda Ketahui dalam Memahami Ayat-Ayat Al-Quran. Tangerang: Lentera Hati, 2013.

Taimiyah, Ibn. al-Amr bi al-Ma’rūf wa al-Nahī ‘an al-Munkar, n.d.

———. al-Fatāwā al-Kubrā. 3 ed. Bairut: Dār al-Kutb al-‘Ilmiyyah, 1987.

———. al-Siyāsah al-Syar’iyyah fī Iṣlāḥ al-Rā’ī wa al-Ra’iyyah. Jeddah: Dār al-Fawā’id, n.d.

———. al-Tafsīr al-Kubrā. 5 ed. Bairut: Dār al-Kutb al-‘Ilmiyyah, n.d.

———. Iqtiḍā’ al-Ṣirāṭ al-Mustaqīm. Solo: al-Tibyan, 2001.

———. Jāmi’ al-Masā’il. 9 ed. Mekkah: Dār Ālim al-Fawā’id, n.d.

———. Majmū’ah al-Fatāwā. Jakarta: Darul Haq, 2007.

Taimiyah, Syaikh al-Islām al-Imām al-‘Allāmah Taqī al-Dīn Ibn. al-Siyāsah al-Syar’iyyah. (Bairut: Dār al-‘Uṡmāniyyah, 2004.

———. Fatāwā al-Nisā’. Qāhirah: Maktābah al-Qur’ān, 1962.

Zuhri, Mustafa. Kunci Memahami Ilmu Tasawuf. Surabaya: Bina Ilmu, 1997.




DOI: http://dx.doi.org/10.22373/legitimasi.v10i2.11340

Refbacks

  • There are currently no refbacks.


Copyright (c) 2021 Syuhada, Zulkiram

Creative Commons License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.

Legitimasi: Jurnal Hukum Pidana dan Politik Hukum has been indexed by:

                                     
 
P-ISSN 2088-8813
E-ISSN 2579-5104

Published by Islamic Criminal Law Department, Faculty of Sharia and Law, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.

Creative Commons License