Criteria of Adult Age (Mukallaf) in Islamic Criminal Law [Kriteria Dewasa (Mukallaf) dalam Bidang Jinayah]
Abstract
Abstract: The concept of Mukallaf, in the part of jinayah, is understood by multiple meanings in society, some define mukallaf is the same as worship, and some others argue differently. Nash (Islamic texts) itself does not give a firm definition to the criteria of mukallaf, but rather gives signs that in the relationship of human beings mukallaf concept has its character. This paper aims to explain the concept of mukallaf and its criteria in the part of jinayah. The data sources studied refer to nash evidence and various theories that are developing from various disciplines. The results is that mukallaf in the part of jinayah is considered like puberty, perfect of both al-'aql and rusyd. These three traits will only be found perfectly in a person when they are at least 18 years old. Based on this understanding, the perpetrator of the crime can be held accountable for his actions and sanctioned to him after aged 18 years. A child who is not yet 18 years old commits a criminal offense then must be given educational teaching to him. So that he can know the adverse impact on himself and the community as a result of his actions.
Abstrak: Konsep mukallaf dalam bidang jinayah dipahami dengan berbagai bentuk pemahaman dalam masyarakat, ada yang menilai mukallaf dalam bidang jinayah sama dengan bidang ibadah, dan ada yang berpendapat berbeda. Nash sendiri tidak memberi ketegasan pasti terhadap kriteria mukallaf, melainkan memberi isyarah bahwa dalam hubungan sesama manusia konsep mukallaf mempunyai karakter tersendiri. Tulisan ini bertujuan mencoba jelaskan tentang konsep mukallaf dan kriterianya dalam bidang jinayah. Sumber data yang dikaji mengacu pada dalil nash dan berbagai teori yang berkembang sekarang ini dari berbagai disiplin ilmu. Hasil yang ditemukan dapat disebutkan bahwa mukallaf dalam bidang jinayah dipertimbangkan pada sifat baligh, al-‘aql dan rusyd yang sempurna. Ketiga sifat tersebut baru akan ditemukan dengan sempurna pada seseorang ketika berusia minimal 18 tahun. Berdasarkan pemahaman ini, maka pelaku tindak pidana dapat diminta pertanggungjawaban atas perbuatannya dan diberikan sanksi kepadanya sesudah berusia 18 tahun. Seorang anak yang belum berusia 18 tahun melakukan tindak pidana maka harus diberikan pengajaran yang bersifat edukasi kepadanya. Supaya ia dapat mengetahui dampak buruk pada diri dan lingkungan masyarakat akibat dari perbuatan yang dilakukannya.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Al-Amidi, Saifu al-Din Abi al-Hasan ‘Ali bin Abi ‘Ali bin Muhammad. Al-Ahkam Fi Usul Al-Ahkam. Bairūt: Dar al-Kutub al-‘Alamiyah, n.d.
Al-Bahūnī, Manşūr bin Yūnus bin Idrīs. Kasyāfu Al-Qinā’ ‘an Matan Al-Iqnā.’ Juz. 1. Bairūt: Dār al-Fikr, 1982.
Al-Syathibi, Abu Ishaq. Al-Muwafaqat. Qahirah: al-Maktabah al-Tawfiqiyah, 2003.
Al-Zarqa’, Mustafa Ahmad. Al-Madkhal Al-Fiqhiyah Al-‘Am. Damsyiq: Dār al-Fikr, 1968.
Audah, Abdu al-Qādir. At-Tasyrī’ Al-Jinā-ī Al-Islāmī. Jilid 1. Bairūt: Dār al-Kitab al-‘Alamiyah, 2005.
Audah, Jasser. Membumikan Hukum Islam Melalui Maqashid Syariah. Edited by Terj. Rosidin. Bandung: Mizan, 2015.
Bahatasī, Ahmad Fatahī. Al-Mas’ūliyah Al-Jināiyah Fī Al-Fiqh Al-Islāmī. Bairūt: al-Qāhirah, 1969.
Bakri, Asafri Jaya. Konsep Maqashid Syari’ah Menurut Al-Syatibi. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996.
Bruggink, J.J.H. Refleksi Tentang Hukum: Alih Bahasa Arief Sidharta. Bandung: Citra Aditya Bakti, n.d.
Daud Ali, Muhammad. Hukum Islam. Jakarta: Raja Wali Press, 1998.
Djamil, Fathurrahman. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997.
Doi, Abdurrahman I. Penjelasan Lengkap Hukum-Hukum Allah. Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2002.
Duraynī, Fatī. Al-Manāhij Al-Ushūliyah. Damsyiq: Dār al-Kitāb al-Hadīs, 1975.
Fathī Bahnisī, Ahmad. Al-Mas’uliyah Al-Janā’iyah. Qahirah: Mukkisah al-Jalī wa Syaukah li al-Nasyrī wa al-Tauzi’, 1969.
Fuadi, Munir. Perbuatan Melawan Hukum. Bandung: Citra Aditya Bakti, 2002.
Fyzee, Asaf A.A. Pokok-Pokok Hukum Islam I. Terj. Arif. Jakarta: Tintamas, n.d.
H. A. Djazuli. Kaidah-Kaidah Fikih. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2006.
Khalil, Atha bin. Ushul Fiqh, Terj. Yasin as-Siba’i. Bogor: Pustka Thariqul Izzah, 2003.
Moeljatno. Asas-Asas Hukum Pidana. Jakarta,: Reneka Cipta, 2002.
Muslich, Ahmad Wardi. Hukum Pidana Islam. Cet III. Jakarta: Sinar Grafika, 2016.
Pradja, Juhaya S. “Epistemologi Hukum Islam”,Dalam Pengembangan IAIN Sunan Gunung Djati Bandung.” Bandung: IAIN Sunan Gunung Djati Bandung, 1996.
———. Filsafat Hukum Islam, Bandung. Bandung: Lathifah Press, 2004.
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. Jakarta: Fakultas Ekonomi UI, 2004.
Syah, Ismail Muhammad. Filsafat Hukum Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1999.
Wahbah, Zuḥailī. Uşūl Al-Fiqh Al-Islamī. Juz 1. Bairūt: Dār al-Fikr al-Mu’āşir, 2004.
Yahya, Mukhtar, and Fatchurrahman. Dasar-Dasar Pembinaan Hukum Fiqh Islam. Bandung: Al-Ma’arif, 1986.
DOI: http://dx.doi.org/10.22373/legitimasi.v9i2.8511
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2021 Irwansyah Muhammad Jamal
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.
Published by Islamic Criminal Law Department, Faculty of Sharia and Law, Universitas Islam Negeri Ar-Raniry Banda Aceh.