Maantar Jujuran Tradition in Banjarese: Increasing Social Status or Maintaining Values
Abstract
In the Banjarese culture of South Kalimantan, there are a number of ancient wedding traditions that are still practiced today. One of these is the maantar jujuran, which is used to determine whether or not a marriage will be successful. The purpose of this study is to examine the maantar jujuran tradition of Banjares marriage in South Kalimantan through the lens of Peter L. Berger's social constructionist theory. This study employed a descriptive quantitative methodology with phenomenological analysis of the Banjar community in South Kalimantan. Methods for compiling data from many sources of literature relevant to research. The results of this study show that traditional Banjarese marriages have been conducted in a manner similar to the heritage that constitutes the nenek moyang warisan. According to social constructionist theory, interactions between members of different communities regarding rural justice traditions have been going on for quite some time in this study. Many people still practice this tradition because they believe in its inherent goodness. Additionally, it is known that one of the goals of the Banjar people in carrying out this tradition is to elevate their social standing within the community. It is hoped that this study would contribute to the growth of knowledge, particularly in the field of family law; given that Indonesia has such a wide variety of cultural norms when it comes to conducting marriage ceremonies, this topic is particularly interesting from a sociological, cultural, political, and other vantage points.
Dalam budaya Banjar Kalimantan Selatan, ada beberapa tradisi pernikahan kuno yang masih dilakukan hingga saat ini. Salah satunya adalah maantar jujuran, yang digunakan untuk menentukan berhasil atau tidaknya suatu perkawinan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji tradisi maantar jujuran perkawinan Banjar di Kalimantan Selatan melalui teori konstruksi sosial Peter L. Berger. Penelitian ini menggunakan metodologi deskriptif kuantitatif dengan analisis fenomenologi masyarakat Banjar di Kalimantan Selatan. Metode pengumpulan data dari berbagai sumber literatur yang relevan dengan penelitian. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perkawinan adat Banjar telah dilakukan dengan cara yang mirip dengan warisan leluhur nenek moyang. Menurut teori konstruksi sosial, interaksi antara anggota komunitas yang berbeda mengenai tradisi peradilan pedesaan telah berlangsung cukup lama dalam penelitian ini. Banyak orang masih mempraktekkan tradisi ini karena percaya akan kebaikan yang terkandung di dalamnya. Selain itu, diketahui bahwa salah satu tujuan masyarakat Banjar dalam menjalankan tradisi ini adalah untuk mengangkat derajat sosial mereka di tengah masyarakat. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan kontribusi bagi pertumbuhan ilmu pengetahuan, khususnya di bidang hukum keluarga; Mengingat bahwa Indonesia memiliki norma budaya yang begitu beragam dalam pelaksanaan upacara perkawinan, topik ini sangat menarik dari sudut pandang sosiologis, budaya, politik, dan lainnya.
Keywords
Full Text:
PDFReferences
A. Suriyaman Mustari Pide. Hukum Adat Dahulu, Kini, Dan Akan Datang - Google Books. Cetakan ke. Jakarta: Kencana, 2017.
Daud, Alfani. Islam & masyarakat Banjar : diskripsi dan analisa kebudayaan Banjar. RajaGrafindo Persada, 1997.
Dharma, Ferry Adhi. “The Social Construction of Reality: Peter L. Berger’s Thoughts About Social Reality.” Kanal: Jurnal Ilmu Komunikasi 7, no. 1 (2018): 10–16. https://doi.org/10.21070/kanal.v.
Fathurrahman Azhari. Jujuran dalam Perkawinan Masyarakat Banjar kalimantan Selatan. Angewandte Chemie International Edition, 6(11), 951–952. Depok: Rajawali pers, 2021.
Firdian, Mochamad Rochman. “TRADISI ‘MAANTAR JUJURAN’ DALAM PERKAWINAN ADAT BANJAR DI KALIMANTAN SELATA.” UIN Sunan Ampel Surabaya., 2016.
———. “TRADISI ‘MAANTAR JUJURAN’ DALAM PERKAWINAN ADAT BANJAR KALIMANTAN SELATAN PERSPEKTIF HUKUM ISLAM.” Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya, 2010.
Hafidzi, Anwar. “Deliberating Marriage Payment through Jujuran within Banjarese Community Anwar Hafidzi Introduction At this time , almost the whole world has begun to be interested in a marriage system that is traditionally regulated , such as in Africa , Southeast Asia.” Asy-Syir’ah , Jurnal Ilmu Syari’ah dan Hukum 54, no. 2 (2020). https://doi.org/10.1016/S1053-5357(01)00095-6.3.
Huda, Nuril. “Analisis Gender ‘Baantaran Jujuran’ Dalam Kebudayaan Banjar.” Muadalah Jurnal Studi Gender dan Anak 2, no. 1 (2015): 53–74. https://doi.org/10.18592/jsga.v2i1.463.
Junita, Junita, Mualimin Mualimin, dan Abubakar HM. “Dakwah Kultural Dalam Tradisi Maantar Jujuran Suku Banjar Di Samuda Kotawaringin Timur.” Jurnal Dakwah Risalah 31, no. 2 (2021): 138. https://doi.org/10.24014/jdr.v31i2.10581.
Khanday, Aasif Ahmad. “MARRIAGE IN KASHMIR : CUSTOMS , TRADITIONS AND,” n.d.
Khasanah, Dina Uswatun, dan Diah Retno Ningsih. “JUJURAN CULTURE IN BANJAR TRIBAL MARRIAGE IN SOUTH KALIMANTAN” 17, no. 4 (2020).
Mahkamah Agung RI. Himpunan peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan kompilasi hukum islam serta pengertian dalam pembahasannya. Perpustakaan Nasional RI : Data Katalog Dalam Terbitan. Vol. 1, 2011.
Mudzakir. “Hukum Islam di Indonesia dalam Perspektif Konstruksi Sosial Peter L. Berger.” Al-’Adalah 12, no. 1 (2017): 155–70. http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/adalah/article/view/181.
Mursimah Dimyati. Perkawinan adat Banjar dan tata rias pengantin Banjar dari masa ke masa - Google Books. Banjarbaru: PT. Grafika Wangi, 2010. https://www.google.co.id/books/edition/Perkawinan_adat_Banjar_dan_tata_rias_pen/VOfDoQEACAAJ?hl=id.
Muzainah, Gusti. “BAANTAR JUJURAN DALAM PERKAWINAN ADAT MASYARAKAT.” Jurnal Al-Insyiroh: Jurnal Studi Keislaman 5, no. 2 (2019): 10–33.
Noryamin Aini. “Mahar dalam Konteks Sosial Budaya Muslim.pdf.” Jurnal Studi Islam dan Humaniora 1 (2015).
Nugroho, Eko Rial, dan Abdul Wahid. “Perkawinan Tradisi Jujuran dalam Adat Bugis Perantau di Kutai Kartangera: Suatu Kajian Perbandingan dengan Hukum Islam.” Wajah Hukum 3, no. 2 (2019): 121. https://doi.org/10.33087/wjh.v3i2.64.
Nuruddaroini, M Ahim Sulthan, Pascasarjana Uin, Antasari Banjarmasin, dan Kalimantan Selatan. “ADAT PERNIKAHAN SUKU BANJAR DAN SUKU BUGIS M. Ahim Sulthan Nuruddaroini Tarbiyah, Pascasarjana UIN Antasari Banjarmasin, Kalimantan Selatan, Indonesia” 16, no. 1 (2019).
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, Pub. L. No. 1 TAHUN 1974, LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 1974 NOMOR 1 1 (2018). https://doi.org/10.35931/aq.v0i0.57.
Sanawiah. “JUJURANATAU MAHARPADA MASYARAKAT SUKU BANJAR DI TINJAU DARI PERSPIKTIF PANDANGAN HUKUM ISLAM.” Jurnal Hadratul Madaniah 2, no. 1 (2021): 1–5.
Sulistyoko, Arie. “Perkawinan Masyarakat Adat Banjar Kalimantan Selatan ( Telaah Antropologis Dan Sosiologis ).” An-Nuha 7 (2020): 19–32.
Zaluchu, Sonny Eli. “Perspektif Antropologi Dan Religi Perkawinan Suku Nias.” Sejarah dan Budaya : Jurnal Sejarah, Budaya, dan Pengajarannya 14, no. 2 (2020): 108. https://doi.org/10.17977/um020v14i22020p108-119.
DOI: http://dx.doi.org/10.22373/jms.v25i1.14921
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2023 prayudi rahmatullah
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.
All papers published in Media Syari'ah : Wahana Kajian Hukum Islam dan Pranata Sosial are licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License. |