KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA INDIVIDU BERCERAI (STUDI KASUS PADA INDIVIDU DENGAN STATUS CERAI MATI DAN CERAI HIDUP)
Abstract
Keywords
Full Text:
PDFReferences
Amanto, P. R., & Dush, C. M. K. Consequences of relationship status and quality for subjective well-being. Journal of Social and Personal Relationship, (2005).
Arbiyah, N., Imelda, F.N.,& Oriza, I.D. (2008). Hubungan bersyukur dan subjectivewell-being pada penduduk miskin. Universitas Indonesia. 14(01).
Badan Pusat Statistik. (2016). Sosial dan Kependudukan. Diakses pada tanggal 7 April 2016, dari: https://www.bps.go.id/Subjek/view/id/12.
Dariyo, A. (2004). Memahami Psikologi Perceraian dalam Kehidupan Keluarga. Jurnal Psikologi. 2(2).
Dewi, N.R., & Sudhana, H. (2013). Hubungan antara komunikasi interpersonal pasutri dengan keharmonisan dalam pernikahan. Junal Psikologi Udayana, 1(1), 22-31
Diener, E. (1984). Subjective well-being. Psychological Bulletin.95, 542-575.
Diener, E. et al. (2009). New measures of well-being: Flourishing and positive and negative feelings. Social Indicators Research, 39, 247-266.
Diener, E., & Biswas-Diener, R. (2008). Happiness: Unlocking the mysteries of psychological wealth. Malden, MA: Blackwell Publishing
Diener, E., Gohm, C. L., Suh, E., & Oishi, S. (2000). Similarity of the relations between marital status and subjective well-being across cultures. Journal of Cross-Cultural Psychology.31-419.
Diener, E., & Ryan, K. (2008). Subjective well-being: a general overview. South
African Journal of Psychology, 39(4), 391-406.
Diener, E., Tamir, M., & Scollon, C. N. (2006). Happiness, life satisfaction, and fulfillment: The social psychology of subjective well-being. In P. A. M. van Lange (Ed.), Bridging social psychology: The Benefits of Transdisciplinary Approaches. Hillsdale, NH: Erlbaum.
Dipayanti, S., & Chairani, L. (2012). Locus of control dan resiliensi pada remaja yang orangtuanya bercerai. Jurnal Psikologi, 8(1), 15-20.
DNE., ADH., & MZW. (2015). Kasus Perceraian Meningkat, 70 Persen Diajukan Istri. Diakses pada tanggal 28 Januari 2017 dari: http://health.kompas.com/read/2015/06/30/151500123/Kasus.Perceraian.Meningkat.70. Persen. Diajukan.Istri.
Eddington, N., & Shuman, R. (2005). Subjective well-being (happiness). Continuing Psychology Education.
Gayatri, E. F. (2016). Resiliensi Pada Janda Cerai Mati. Naskah Publikasi. Psikologi Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Gun. (2016). Kenali Sumber Masalah dan Dampak Perceraian. Serambi Indonesia. Diakses pada tanggal, 21 Maret 2017dari : http://aceh.tribunnews.com/2016/02/17/kenali-sumber-masalah-dan-dampak-perceraian.
Karremans, J. C., Van Lange, P. A. M., Ouwerkerk, J. W., & Kluwer, E. (2003). When forgiving enhances psychological well-being: The role of interpersonal commitment. Journal of Personality and Social Psychology, 84(5), 1011-1026.
Kumalasari, F., & Ahyani, N. L. (2012). Hubungan Antara Dukungan Sosial Dengan Penyesuaian Diri Remaja Di Panti Asuhan. Jurnal Psikologi Pitutur. 1(1).
Larsen, R.J. (2002). Differential contributions of positive and negative affect to subjectivewell-being. In J.A. Da Silva, E.H. Matsushima, and N.P. Riberio-Filho (Eds.), Annualmeeting of the International Society for Psychophysics (vol. 18, pp. 186-190). Rio deJaneiro, Brazil: EditoraLegis Summa Ltda.
Larsen, R.(2009). The Contributions of Positive and Negative Affect to Emotional Well-Being. Psychological Topics 18 (2009), 2, 247-266
Lichter, D. T., Graefe, D. R., & Brown, J. B. (2003). Is marriage a panacea? Union formation among economically disadvantaged unwed mothers. Social Problems, 50(1), 60-86.
Mahkamah Syar’iyah Aceh. Diakses pada tanggal 20 Desember 2015 dari: http://www.ms-aceh.go.id.
Miranda, N., & Amna, Z. (2016). Perbedaan Subjective Well-Being Pada Dewasa Awal Ditinjau Dari Status Pernikahan Di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi. 1(3).
Maulida, M., Sari, K. (2016). Hubungan Memaafkan dengan Kesejahteraan Psikologis Pada Wanita yang Bercerai. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Psikologi. 1(3). 7-18
Papalia, E. D., Olds, W. S., & Feldman, D. R. (2009). Human DevelopmentPerkembangan manusia (10th ed). Terjemahan: Brian Marwensdy. Jakarta: Salemba Humanika. 2017, dari: http://aceh.tribunnews.com/2016/02/17/kenali-sumber-masalah-dan-dampak-perceraian.
Puspitasari, T., & Nasfiannor, M. (2005). Komitmen beragama dan subjective well-being. Journal Phronesis. 7. 73-93.
Puteh, J. K. (2013). Sistem sosial dan budaya masyarakat Aceh. Journal Islamic. 202 (201).
Ryff, C. D. (2013). Psychological well-being revisited: advances in the science and practice of peudaimonia. Psychotherpsychosom, 83, 10-28. doi: 10.1159/000353263.
Sahlan, M. (2012).Pengamatan Sosiologis Tentang Perceraian Di Aceh. Jurnal Subtantia. 14(1).
Sasongko, R. D., Frieda, N. R. H., & Febriana, I. K. (2013). Resiliensi pada wanita usia dewasa awal pasca perceraian di Sendangmulyo, Semarang. Jurnal Empati, 2(3).
Solichatun, Y. (2009). Hidup setelah menikah, mengurai emosi positif dan resiliensi pada wanita tanpa pasangan. Egalita, 4(1).
Sugiyono. (2013). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Utami, S. M. (2009). Keterlibatan dalam kegiatan dan kesejahteraan subjektif mahasiswa. 36(2).
DOI: http://dx.doi.org/10.22373/psikoislamedia.v2i1.1820
Refbacks
- There are currently no refbacks.
Copyright (c) 2017 Nadhira Miranda, Zaujatul Amna
Published by Faculty of Psychology UIN Ar-Raniry
Journal Secretariat:
Jl. Syeikh Abdur Rauf, Fakultas Psikologi, Kopelma Darussalam UIN Ar-Raniry, Banda Aceh, 23111,
e-mail: psikoislamedia@ar-raniry.ac.id
INDEXED BY:
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.